Korelasi antara Budaya dan Psikologi
Indonesia merupakan negara kepulauan yang majemuk karena terdiri dari beragam suku dan budaya yang lebih dari tiga ratus kelompok etnis dengan budaya, adat istiadat, hingga bahasa yang berbeda. Kemajemukan yang menjadikan Indonesia menjadi masyarakat yang multikultur.
Multikulturalisme Indonesia ditandai dengan hasil budaya dengan ciri khas budayannya masing-masing. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup seperti bahasa, agama, makanan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, hingga teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya.
Hal apa dan bagaimana cara setiap individu lakukan atau bertindak, bagaimana setiap individu berkomunikasi, hingga bagaimana setiap individu merespon terhadap sesuatu yang diterimanya hal tersebut merupakan fungsi-fungsi dari budaya yang mereka terima. Budaya disini sangat erat hubungannya dengan dasar-dasar psikologi. Karena dari budaya dapat membentuk suatu perspektif, kognisi, kesadaran, dan intelegensi.
Setiap etnis, kota, bahkan negara memiliki budaya yang berbeda, dan perbedaan budaya itulah yang akan membentuk perilaku setiap kelompok dari masing-masing individu. Secara umum pengertian dari psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku, baik dari segi perilaku manusia dan binatang. Ilmu yang tentu penerapannya pada permasalahan manusia. Disini korelasi antara budaya dan psikologi. Perilaku yang menjadi aspek utama.
Berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda maka selain memiliki perilaku yang berbeda tentu akan menciptakan suatu pemikiran yang berbeda pula. Seperti yang dikatakan oleh Le Vine definisi budaya ialah seperangkat aturan terorganisasikan mengenai cara-cara yang dilakukan individu-individu dalam masyarakat yang berkomunikasi satu sama lain dan cara mereka berfikir tentang diri mereka dan lingkungan mereka.
Konflik yang pernah terjadi karena adanya latar belakang budaya dan agama yang berbeda terjadi pada kasus bapak Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih akrab di panggil Ahok, seseorang yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta merupakan seseorang yang berlatar belakang Tionghoa dan beragama Kristen. Berdasarkan kabar yang diberitakan pada media Detik mengenai pidato Ahok yang bermasalah itu disampaikan di Pulau Pramuka pada tanggal 27 September 2016. Disela acara Ahok berpidato yang bergulir menjadi kasus dugaan penistaan agama karena mengatakan “Jangan mau dibohongi dengan pakai Al-maidah ayat 51”
Opini masyarakat yang beragam terbentuk karena perbedaan budaya pada masing-masing individu. Ada yang fokus pada sisi keagamaan, hingga dinilai pidato tersebut termasuk kedalam pasal penistaan agama. Ada pula yang menilai hanya dari segi politik, dan berbagai macam respon masyarakat kala itu. Tanpa sadar semua itu terbentuk karena masing-masing budaya yang membentuk pola pikir hingga perilaku dari setiap individu.
Bukan berarti semua menjadi salah. Tentu keberagaman latar belakang akan menciptakan manusia yang beragam pula, dari segi pola pikir, agama, pengetahuan, bahasa dan lainnya yang masuk kedalam istilah budaya. Namun, bukan berarti perbedaan harus selalu menciptakan suatu perselisihan.
Pluralisme mengimplikasikan pada perilaku untuk saling mengakui sekaligus menghargai, menghormati, memelihara, mengembangkan atau memperkaya keadaan yang bersifat plural. Pluralis adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi di antara beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan perilaku untuk saling menghormati dan toleransi satu sama lain.
Tentunya pluralis tidak menjadikan serta merta perbedaan akan selalu menjadi baik-baik saja. Nyatanya sering kali masing-masing kelompok cenderung menilai kelompoknya lebih baik di banding kelompok yang lain. Sikap yang sering kali menimbulkan tindakan-tindakan yang mengarah pada perpecahan.
Etnosentris, perilaku yang bertolak dari pluralis. Perilaku-perilaku ini jelas di timbulkan oleh latar belakang budaya dari masing-masing kelompok yang dapat di pelajari pula dengan ilmu psikologi.
Tentu kemampuan menerapkan prinsip-prinsip dari ilmu psikologi adalah keterampilan yang sulit di capai. Orang tidak akan menjadi ahli hanya dengan mendengarkan kuliah atau memabaca buku. Pengalaman khusus di perlukan. Namun, setidaknya setelah membaca buku atau artikel-artikel orang seharusnya sedikit banyak dapat menerapkan prinsip dari ilmu psikologi. Setidaknya untuk beberapa hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. (Intaglia, dkk. 2013:3)
Di kutip dari buku Psikologi Umum 1, "penerapan pengetahuan untuk masalah-masalah praktis adalah suatu seni, ini adalah suatu keterampilan, atau suatu ketangkasan untuk melakukan sesuatu, yang di capai dengan belajar, latihan, dan pengalaman khusus." (Intaglia, dkk. 2013:3)
Kesimpulan, dari apa yang sudah di jelaskan pada artikel ini, kebudayaan sangat erat kaitannya dalam pembentukan karakter manusia, dari segi kognitif (pengetahuan), behaviour (kepercayaan), hingga akhirnya membentuk perilaku. Hal yang berkaitan dengan ilmu psikologi, dimana mempelajari setiap perilaku manusia dengan berbagai metode tentunya.
Namun, bukan menjadi suatu hal yang sulit untuk lebih memahami perbedaan-perbedaan ini, karena sesuai dengan semboyan Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Semoga semboyan ini bisa mengarahkan setiap individu untuk memiliki karakter pluralis. Perilaku untuk saling mengakui sekaligus menghargai, menghormati pada setiap perbedaan.
___________________________________________
Sumber :
BUKU ELEKTRONIK
1. Dr. Intaglia, H., Anugriaty, I. S.Psi., M.Si., Widiastuti, S.Kom., MMSI. (2013). "Psikologi Umum 1" dalam e-book Psikologi Umum 1. Jakarta.
LAPORAN PENELITIAN
1. Syelma, Rizka, Houtman, Friska, Wita. "Budaya dan Dasar Proses Psikologis" dalam Makalah Psikologis Lintas Budaya 2022/2023.
2. Mariah, U. "Representasi Multikulturalisme dalam Novel Pingkan Melipat Jarak Karya Sapardi Djoko Damono" dalam Laporan Proposal Skripsi Univ. Muhammadiyah Tangerang 2018.
ARTIKEL
1. Purnama, J., Amirullah, M. C., Adib, F., Bentari, A. “Pluralisme dan Multikulturalisme di Indonesia” dalam Artikel Aifis Serial Discussion (Rangkuman Hasil Serial Diskusi AIFIS yang Bekerjasama Dengan BEM Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga) 2015.
INTERNET
Komentar
Posting Komentar